Kamis, 16 Januari 2014

5 MENIT UNTUK 5 TAHUN*




Masih ingatkah sanak akan lirik lagu grup band Cokelat yang berjudul serupa kolom saya ini ? Salah satu baitnya berbunyi ”5 menit kita memilih untuk 5 tahun kala kita jalani.” Lagu yang disenandungkan vocalis Kikan ini dirilis di kantor KPU pada pemilu 2009. Meski cukup lama berlalu, lagu 5 menit untuk 5 tahun ini juga relevan dengan kondisi tiap daerah yang akan melangsungkan Pilkada. Karena dimaksudkan mengajak pemilih agar tidak Golput dan benar-benar mencermati kandidat yang akan dipilihnya.
Mari kita telisik lebih jauh, makna tersirat di balik 5 menit untuk 5 tahun ini. Apa yang 5 menit, bagaimana pula yang 5 tahun itu.
5 Menit Kita Memilih
Kurang lebih 5 menit waktu yang kita perlukan selama berada di TPS. Mulai dari mendaftar, mendapatkan lembar suara, menuju bilik suara, mencoblos lalu memasukan kertas suara ke kotaknya, mencelupkan jari ke tinta, keluar TPS dan selesai. Semua proses tersebut hanya menyita waktu berkisar 5 menit saja. Cukup singkat bukan?
Namun, tentulah memilih dan memilah pemimpin tidak putus dalam masa 5 menit itu. Keyakinan akan pilihan kita hendaknya sudah dimatangkan jauh-jauh hari. Mematut-matut pemimpin janganlah ketika di dalam bilik suara saja, kemudian mencoblos asal jadi. Janganlah pula akibat rayuan materi dari segelintir oknum, yang menyerakkan uang alias serangan fajar. Sungguh malang Kota Pariaman ini, apabila faktor pertimbangan kita dalam memilih walikota hanya sebatas berlimpahnya materi, berserak-seraknya baliho atau janji-janji manis setinggi gunung yang diumbar sang kandidat. Pandanglah calon walikota dan calon wakil walikota itu dari sisi integritasnya ; karakter dan kualitas menyeluruh yang memang sepatutnya dimiliki oleh seorang walikota dan wakil walikota.
Ibarat pepatah barat nun jauh di seberang sana, no body is perfect, tak ada manusia yang sempurna. Demikian pula halnya seluruh pasangan calon walikota dan wakil walikota pariaman yang ada saat ini, tentulah memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mengenal baik tiap kandidat tentu akan semakin menguatkan keyakinan kita tatkala 5 menit berada di TPS nanti.
Di antara pasangan kandidat yang telah ditetapkan KPU nomor urutnya pada 20 Juli 2013 lalu, pasangan nomor 5 yakni IJP-JOSS merupakan pasangan yang paling gencar mensosialisasikan diri ke tengah masyarakat. Mulai dari penyebarluasan Tabloid Nangkodo Baru hingga datang langsung ke rumah-rumah warga kota. Maklum saja, Indra J Piliang selama ini lebih dikenal sebagai tokoh muda yang berkiprah di pentas politik nasional. Di mata masyarakat, IJP merupakan putra terbaik ranah yang berhasil di rantau dan memiliki peluang bersinar menjadi salah satu pemimpin bangsa ini kelak.
Terus terang, saya sendiri mengagumi idealisme IJP jauh sebelum beliau melamar saya menjadi wakilnya dalam Pilkada Kota Pariaman 2013 ini. Saya mengidolakan IJP karena tulisan-tulisannya, keberaniannya bersikap dan tak terbawa arus, prinsipnya membela kebenaran, mata tajam serta suara lantangnya saat berdialog di layar kaca.
Banyak orang yang menanyakan bagaimana saya bertemu dengan IJP. Pertemuan saya dengan IJP terjadi tatkala Hoyak Tabuik Piaman, 25 November 2012. Kami bersua di saksikan Tabuik Pasa dan Subarang yang tegak gagah perkasa di hadapan para pejabat yang ada di pentas utama. Saya ketika itu masih menjabat sebagai Kasat Pol PP Kota Pariaman, bersama puluhan anggota Pol PP bertugas mengamankan prosesi Tabuik. Saya memilih bertugas bersama anggota saya dan membaur dengan masyarakat di bawah pentas utama.
Nah, di situlah IJP dan rombongannya melintas, menerobos kepadatan massa, sayalah yang menegur IJP, menyilakannya untuk duduk di salah satu kursi di pentas utama, namun IJP menolak secara halus, ”di bawah sini lebih banyak rakyat,” katanya waktu itu. Lalu kami mengobrol sekedarnya, dan di akhir perbincangan IJP merangkul saya, lalu di hadapan handycam yang dibawa temannya, IJP mengatakan bahwa saya adalah calon wakil walikotanya dalam Pilkada Kota Pariaman.
Meski kaget dengan pernyataan beliau yang blak-blakan tersebut, saya tetap sadar diri bahwa tokoh sekaliber IJP tak akan mungkin melirik seorang PNS seperti saya. Saya menepis jauh-jauh rasa tersanjung yang sempat hinggap di sanubari ini. Saya bahkan nyaris melupakan kejadian di acara Tabuik itu, hingga di suatu malam, di Bulan Maret 2013, melalui pesan di BBMnya, IJP benar-benar melamar saya sebagai calon wakil walikotanya, ”Pak Kasat, kito maju Pilkada, Ba’a ?” IJP rupanya tak bercanda ketika acara Tabuik itu. Segera saya berdiskusi kilat dengan istri, saya kirimkan jawaban singkat ke IJP, ”Siap Da.. Bismillah.”
Setelah malam itu, semuanya berjalan cepat. Sejumlah anak-anak muda datang ke rumah saya keesokan hari, membawa ratusan lembar persetujuan KTP, menerangkan prosedur persyaratan yang harus dipenuhi untuk maju dari jalur independen. Agar lebih fokus dan tidak mengganggu kinerja institusi Satpol PP, Saya pun mengajukan permohonan mundur dari jabatan secara lisan dan tertulis kepada Walikota Pariaman, Bapak Mukhlis Rahman di akhir Bulan Maret 2013. Alhamdullilah beliau menyetujuinya.
Selanjutnya pasangan IJP-JOSS ini mendeklarasikan diri di Pulau Ansoduo, gerilya mencari KTP pendukung hingga ke pelosok kota, serta melengkapi persyaratan lainnya yang ditentukan KPU. Jalan yang kami pilih memang berliku, terjal mendaki penuh risiko, karena memang begitulah perjuangan itu hendaknya, berpeluh-peluh, agar kita tahu bersyukur akan nikmat di akhir perjuangan ini.
5 Tahun Kala Kita Jalani
Dalam pengharapan kita semua, akan seperti apa rupa Kota Pariaman dalam masa 5 tahun ke depan ? dapatkah kita membayangkan Pariaman menjadi kota yang tertata rapi, memiliki pasar-pasar yang bersih dan nyaman, ekonomi masyarakat tumbuh dan berkembang baik, taman-taman yang teduh. Rumah-rumah tua yang semula terbengkalai akan bernilai ekonomis dengan disulap menjadi penginapan (home stay). Kawasan wisata water front city yang meliputi sungai, danau, pantai hingga pulau-pulau dikunjungi wisatawan. Di sejumlah sudut kota tampak kelompok masyarakat seni yang memainkan alat musik tradisional, melukis, berlatih menari hingga membuat souvenir. Anak-anak muda yang aktif, tidak terjerumus maksiat, kebut-kebutan dan obat terlarang. Universitas yang berdiri di tengah kota, hingga para birokrat yang mengedepankan pengabdian. Pariaman seperti itukah yang kita inginkan?
Sanak saudara yang saya cintai, bila benar serupa itu harapan kita akan pariaman 5 tahun ke depan, maka itu berawal dari 5 menit kita di TPS. Cari dan pilihlah walikota dan wakil walikota yang karakter, ilmu, pengalaman dan akses luasnya diyakini mampu mewujudkan harapan kita tersebut. Boleh dikatakan, seluruh kandidat memiliki program visi dan misi yang muluk dan positif, namun pertanyakan kembali, apakah visi dan misinya sesuai dengan kemampuan kandidat itu dalam memimpin.
Kota Pariaman dalam 5 tahun ke depan memerlukan figur pemimpin yang berani bertindak, pekerja keras, dan lebih penting lagi memiliki komunikasi yang bagus dengan semua pihak, baik itu masyarakat, pihak swasta, hingga akses luas di tingkat pusat. Visi dan misi bukanlah pemanis bibir, yang sekedar dibacakan dalam sidang paripurna DPRD, bagi kami pasangan IJP-JOSS visi dan misi merupakan tekad, tanggung jawab dan beban berat yang mesti diuraikan dalam masa 5 tahun.
Namun yang terpenting, bagi kami berdua adalah menjaga keharmonisan hubungan. Tak akan mungkin kami bisa menjalin komunikasi dengan baik ke semua pihak, bila terjadi disharmonis antara kami berdua. Pecah kongsi hanya akan membuat kebingungan di lingkungan birokrasi, apalagi di kalangan masyarakat. Walikota dan wakil walikota ke depan harus benar-benar sabiduak sadayuang, bukannya sabiduak indak sadayuang. Alamat biduak akan terombang-ambing tak tentu arah di tengah lautan.     
Sanak saudara sekalian, Pilkada Kota Pariaman, tidak terasa, hanya dalam hitungan hari lagi. Bukalah hati dan pikiran kita, demi perubahan Kota Pariaman. Berikanlah kami kepercayaan untuk memikul beban berat harapan sanak saudara semua di atas bahu kokoh kami berdua.
Di TPS nanti, kembangkan kertas suara lebar-lebar, ucapkan ”Bismillahirrahmannirrahim” dan cobloslah nomor 5, demi Kota Pariaman 5 tahun ke depan. 

*******
*Telah terbit di Tabloid Nangkodo Baru Edisi VI Agustus 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar