Senin, 20 Januari 2014

PARIAMAN FOR ALL PEOPLE*





Pariaman For All People merupakan slogan yang selalu di dengung-dengungkan pasangan Mukhlis Rahman dan Helmi Darlis sebagai Walikota dan Wakil Walikota Pariaman periode 2008-2013 dalam berbagai kesempatan. Sebenarnya, slogan ini pertama kali secara resmi disampaikan pada sebuah seminar dengan tema Pariaman For All People pada 29 Juni 2009. Intinya, Pariaman bertekad untuk menjadi kota yang membuka diri kepada semua tamunya, memberikan kesempatan dan peluang yang sama kepada semua investor untuk menanamkan modalnya, serta memastikan keamanan dan kenyamanan para pendatang untuk tinggal, bekerja dan berusaha di Pariaman.
Dulu, kita mungkin masih tersenyum ketika mendengar nama Kota Pariaman disebutkan. Sebuah kota yang ditakuti orang luar terutama etnis cina dalam berusaha, ada traumatic history tersendiri bagi pendatang luar untuk bersaing secara ekonomi dengan penduduk pribumi. Nah, imej negatif inilah yang secara perlahan namun pasti harus dikikis, yakni dengan menanamkan kepercayaan pada pihak luar dan menumbuhkan kesadaran pada masyarakat, bahwa keterbukaan akan lebih membawa manfaat bagi kemajuan kota.
Oleh karena itu, di berbagai kesempatan walikota bertekad untuk mempercepat dan mempermudah kepengurusan perijinan serta membebaskan biaya IMB bagi investor yang akan membangun Hotel atau fasilitas industri dan pariwisata guna mempercepat Pariaman menjadi kota tujuan wisata, serta unggul dibidang jasa dan perdagangan.
Walikota juga kerap mengajak masyarakat dan rantau untuk dapat saling bahu membahu mengubah prilaku sosial dan budaya yakni menjadi lebih peduli akan kebersihan lingkungan, lebih bersikap ramah, tidak main “pakuak” dalam berjualan, serta mampu mengkoreksi diri dan cepat belajar dari berbagai pengalaman yang telah terjadi demi mewujudkan Pariaman yang lebih baik, Pariaman For All People, Pariaman untuk semua orang. Artinya, agar ketertarikan pendatang terhadap Kota Pariaman muncul, harus terlebih dahulu dimulai dengan budaya dan mentalitas masyarakat yang baik.
Ternyata pemko pariaman tak perlu bersusah payah mempromosikan Kota Pariaman. Slogan Pariaman For All People seketika sedikit mulai terwujud, yakni melalui musibah gempa 30 September 2009. tanpa mengesampingkan duka para korban gempa, ternyata beberapa hikmah dapat dipetik dari musibah tersebut.
Gempa memang telah meluluh lantakkan Pariaman, namun disisi lain telah banyak negara di belahan dunia ini mengetahui keberadaan Pariaman. Jepang, Perancis, Brazil, Jerman, Spanyol, Swizzerland, Australia, Turki, Honggaria, Singapura, Malaysia, Suriname, Iran, Belanda, datang berempati turut berbagi duka dan  menolong korban bencana gempa 30 September 2009. Rasa kepedulianlah yang menyatukan manusia.
Sebagai bagian dari Tim Tanggap Darurat Bencana Gempa Kota Pariaman, saya sangat memahami dan salut terhadap profesionalisme yang dijalankan oleh relawan manca negara dan relawan Indonesia. Mereka mandiri, tidak merepotkan, cukup diberikan informasi mengenai keadaan kerusakan, jumlah korban dan lokasi terparah maka mereka langsung bertindak cepat.
Saat perpisahan, pimpinan Japan Disaster Relief Medical Team, Mr. Yuji Hamada bahkan tak mampu menahan harunya saat Walikota Mukhlis Rahman memberikan cendera mata dan menyatakan akan menanti kedatangan saudara-saudara dari Jepang kapan saja untuk berlibur ke Kota Pariaman bersama keluarga.
Lain hal nya dengan Mr. Cristov Renue, Team Leader dari France Recue Team, yang tidak mau mengatakan kata berpisah kepada Kota Pariaman, “kami hanya akan pergi sebentar, dan kami pastikan akan kembali ke kota pariaman suatu hari kelak, bersama keluarga dan teman kami” ucapnya dalam Bahasa Perancis yang sengau dan diterjemahkan Ibu Fitri dari Kedubes Perancis.
Bahkan Mr Rae McGrath, Senior Programme Manager Save The Children UK pada acara Pameran Karya Anak yang digelarnya di Pantai Cermin Pariaman pada 21 Februari 2010 yang lalu, menyebutkan kagum akan keindahan pulau-pulau di Kota Pariaman. Beliau mengatakan ingin berkunjung lagi ke Pariaman suatu hari kelak bersama istri dan anak-anaknya. 
Tidak terhitung berapa banyaknya tim relawan asing ketika selama bekerja hingga yang sekarang mendirikan kantor-kantor, yang telah menjalin jembatan hati dengan para korban bencana gempa, dengan penduduk setempat, dengan para pejabat pemda atau bahkan dengan indahnya alam Kota Pariaman yang membuat mereka bertekad suatu saat akan kembali mengunjungi Kota Pariaman, dan tentunya mereka ingin melihat Kota Pariaman tidak dalam keadaan amburadul seperti ketika mereka tinggalkan. Karena mereka bukan kembali untuk menolong para korban, tapi untuk berlibur dan menikmati keindahan Kota Pariaman bersama keluarga mereka. 
Tanpa mengesampingkan duka para korban, pasti Tuhan punya rencana lain terhadap Kota Pariaman dibalik tragedi ini. Kota Pariaman dalam waktu singkat telah dikenal se-Indonesia, bahkan di seantero dunia. Publikasi gratis yang dilakukan rekan-rekan pers baik dari media cetak dan elekronik, lokal, nasional hingga internasional sangatlah membantu dalam penggalangan dana para donatur yang bersimpati terhadap duka Pariaman.
Walau imej yang melekat saat ini pada Kota Pariaman adalah Kota yang porak-poranda akibat bencana gempa 30 September 2009, namun sedikit banyaknya publik telah mulai mengetahui mengenai kondisi, posisi serta potensi Kota Pariaman. Sehingga ke depan, diharapkan promosi Kota Pariaman dan sosialisasi terhadap komitmen mewujudkan Pariaman For All People akan semakin mudah dilaksanakan.
Dan yang lebih penting, tetap saja paling utama adalah dengan melalui perwujudan masyarakat yang berbudaya disiplin tinggi, peduli lingkungan dan senyum sapa terhadap para pendatang, sehingga Pariaman For All People tidak sekedar slogan belaka namun dapat memberikan manfaat nyata terhadap kesejahteraan masyarakat.
              
*******

*Telah Dimuat di Majalah Tabuik Edisi I April 2010

 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar