Pariaman For All People merupakan slogan
yang selalu di dengung-dengungkan pasangan Mukhlis Rahman dan Helmi Darlis
sebagai Walikota dan Wakil Walikota Pariaman periode 2008-2013 dalam berbagai
kesempatan. Sebenarnya, slogan ini pertama kali secara resmi disampaikan pada
sebuah seminar dengan tema Pariaman For
All People pada 29 Juni 2009. Intinya, Pariaman bertekad untuk menjadi kota
yang membuka diri kepada semua tamunya, memberikan kesempatan dan peluang yang
sama kepada semua investor untuk menanamkan modalnya, serta memastikan keamanan
dan kenyamanan para pendatang untuk tinggal, bekerja dan berusaha di Pariaman.
Dulu,
kita mungkin masih tersenyum ketika mendengar nama Kota Pariaman disebutkan.
Sebuah kota yang ditakuti orang luar terutama etnis cina dalam berusaha, ada traumatic history tersendiri bagi
pendatang luar untuk bersaing secara ekonomi dengan penduduk pribumi. Nah, imej negatif inilah yang secara
perlahan namun pasti harus dikikis, yakni dengan menanamkan kepercayaan pada
pihak luar dan menumbuhkan kesadaran pada masyarakat, bahwa keterbukaan akan
lebih membawa manfaat bagi kemajuan kota.
Oleh
karena itu, di berbagai kesempatan walikota bertekad untuk mempercepat dan
mempermudah kepengurusan perijinan serta membebaskan biaya IMB bagi investor
yang akan membangun Hotel atau fasilitas industri dan pariwisata guna
mempercepat Pariaman menjadi kota tujuan wisata, serta unggul dibidang jasa dan
perdagangan.
Walikota juga kerap mengajak masyarakat
dan rantau untuk dapat saling bahu membahu mengubah prilaku sosial dan budaya
yakni menjadi lebih peduli akan kebersihan lingkungan, lebih bersikap ramah,
tidak main “pakuak” dalam berjualan,
serta mampu mengkoreksi diri dan cepat belajar dari berbagai pengalaman yang
telah terjadi demi mewujudkan Pariaman yang lebih baik, Pariaman For All People, Pariaman untuk semua orang. Artinya, agar
ketertarikan pendatang terhadap Kota Pariaman muncul, harus terlebih dahulu
dimulai dengan budaya dan mentalitas masyarakat yang baik.
Ternyata pemko pariaman tak perlu bersusah
payah mempromosikan Kota Pariaman. Slogan Pariaman
For All People seketika sedikit mulai terwujud, yakni melalui musibah gempa
30 September 2009. tanpa mengesampingkan duka para korban gempa, ternyata
beberapa hikmah dapat dipetik dari musibah tersebut.
Gempa memang telah meluluh lantakkan
Pariaman, namun disisi lain telah banyak negara di belahan dunia ini mengetahui
keberadaan Pariaman. Jepang, Perancis, Brazil, Jerman, Spanyol, Swizzerland,
Australia, Turki, Honggaria, Singapura, Malaysia, Suriname, Iran, Belanda,
datang berempati turut berbagi duka dan
menolong korban bencana gempa 30 September 2009. Rasa kepedulianlah yang
menyatukan manusia.
Sebagai bagian dari Tim Tanggap Darurat
Bencana Gempa Kota Pariaman, saya sangat memahami dan salut terhadap
profesionalisme yang dijalankan oleh relawan manca negara dan relawan
Indonesia. Mereka mandiri, tidak merepotkan, cukup diberikan informasi mengenai
keadaan kerusakan, jumlah korban dan lokasi terparah maka mereka langsung
bertindak cepat.
Saat perpisahan, pimpinan Japan Disaster
Relief Medical Team, Mr. Yuji Hamada bahkan tak mampu menahan harunya saat
Walikota Mukhlis Rahman memberikan cendera mata dan menyatakan akan menanti
kedatangan saudara-saudara dari Jepang kapan saja untuk berlibur ke Kota
Pariaman bersama keluarga.
Lain hal nya dengan Mr. Cristov Renue,
Team Leader dari France Recue Team, yang tidak mau mengatakan kata berpisah
kepada Kota Pariaman, “kami hanya akan pergi sebentar, dan kami pastikan akan
kembali ke kota pariaman suatu hari kelak, bersama keluarga dan teman kami”
ucapnya dalam Bahasa Perancis yang sengau dan diterjemahkan Ibu Fitri dari
Kedubes Perancis.
Bahkan Mr Rae McGrath, Senior Programme
Manager Save The Children UK pada acara Pameran Karya Anak yang digelarnya di
Pantai Cermin Pariaman pada 21 Februari 2010 yang lalu, menyebutkan kagum akan
keindahan pulau-pulau di Kota Pariaman. Beliau mengatakan ingin berkunjung lagi
ke Pariaman suatu hari kelak bersama istri dan anak-anaknya.
Tidak terhitung berapa banyaknya tim
relawan asing ketika selama bekerja hingga yang sekarang mendirikan
kantor-kantor, yang telah menjalin jembatan hati dengan para korban bencana
gempa, dengan penduduk setempat, dengan para pejabat pemda atau bahkan dengan
indahnya alam Kota Pariaman yang membuat mereka bertekad suatu saat akan
kembali mengunjungi Kota Pariaman, dan tentunya mereka ingin melihat Kota
Pariaman tidak dalam keadaan amburadul seperti ketika mereka tinggalkan. Karena
mereka bukan kembali untuk menolong para korban, tapi untuk berlibur dan
menikmati keindahan Kota Pariaman bersama keluarga mereka.
Tanpa mengesampingkan duka para korban,
pasti Tuhan punya rencana lain terhadap Kota Pariaman dibalik tragedi ini. Kota
Pariaman dalam waktu singkat telah dikenal se-Indonesia, bahkan di seantero
dunia. Publikasi gratis yang dilakukan rekan-rekan pers baik dari media cetak
dan elekronik, lokal, nasional hingga internasional sangatlah membantu dalam
penggalangan dana para donatur yang bersimpati terhadap duka Pariaman.
Walau imej yang melekat saat ini pada Kota
Pariaman adalah Kota yang porak-poranda akibat bencana gempa 30 September 2009,
namun sedikit banyaknya publik telah mulai mengetahui mengenai kondisi, posisi
serta potensi Kota Pariaman. Sehingga ke depan, diharapkan promosi Kota
Pariaman dan sosialisasi terhadap komitmen mewujudkan Pariaman For All People akan semakin mudah dilaksanakan.
Dan yang lebih penting, tetap saja paling
utama adalah dengan melalui perwujudan masyarakat yang berbudaya disiplin
tinggi, peduli lingkungan dan senyum sapa terhadap para pendatang, sehingga Pariaman For All People tidak sekedar
slogan belaka namun dapat memberikan manfaat nyata terhadap kesejahteraan
masyarakat.
*******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar