Hari ini genap 2
tahun pasca bencana gempa bumi dahsyat yang melanda Sumatera Barat. sebuah
momentum bagi kita semua untuk memperingati para korban saat itu, tak hanya
korban nyawa, namun juga korban harta benda dan hak mereka yang terampas akibat
bencana tersebut.
Pasca
gempa tersebut, Sebanyak 1.117 orang tewas, 2 hilang, 210 korban hilang dan
meninggal di Kabupaten Padang Pariaman. Luka berat 1.214 orang dan luka ringan
1.688 orang. Sebanyak 135.448 rumah rusak berat, 65.280 rumah rusak sedang dan
78.604 rumah mengalami rusak ringan.
Belum lagi fasilitas umum yang rusak, yakni 2.163 fasilitas pendidikan,
51 unit fasilitas kesehatan, 1.001 rumah ibadah, 21 unit jembatan, 178 unit
ruas jalan dan 130 irigasi rusak berat. (BNPB Sumbar).
Setahun
berselang, tepatnya 25 Oktober 2010 bencana kembali menghajar. Kali ini di
Kepulauan Mentawai Sumbar, bencana gempa plus tsunami. Gempa tsunami Mentawai
ini telah memakan menewaskan korban sejumlah 509 jiwa, 21 hilang. Sedangkan
rumah rusak berak mencapai 672 unit dan 300 rumah rusak ringan.
Di
tahun 2011 ini, tepatnya awal Agustus lalu, bencana datang lagi. Giliran Gunung
Marapi yang beraksi, meletus beberapa kali dan mengeluarkan abu vulkanik dan
gempa. Sejumlah daerah di sekitar marapi seperti Agam, Tanah Datar, Padang
Panjang, Bukittinggi dan Padang Pariaman sempat tertutup abu vulkanik.
Kalau
dicermati “jadwal” bencana di atas, boleh dikatakan sepertinya bencana alam
berkunjung tiap tahun. Negeri kita Sumatera Barat ini ternyata mengoleksi
berbagai bencana yang siap mengintai kapan saja. Dari gunung hingga laut
berpotensi terjadi bencana. Dan tak mungkin pula kita hengkang dari negeri ini
hanya karena takut dengan bencana. Satu-satunya cara adalah menyiapkan diri
sebaik mungkin untuk menghadapi bencana.
Antisipasi Bencana Dengan Donor Darah
Salah
satu cara kita dalam menghadapi bencana adalah dengan menggiatkan kesadaran
masyarakat untuk melakukan donor darah. Ketika bencana terjadi, banyak para
korban yang tewas akibat kehabisan darah. Padahal dengan adanya stok darah yang
memadai, tragedi ini dapat di minimalisir.
Dari
beberapa kali terlibat dalam PMI untuk melakukan gelar donor darah, saya
melihat belum munculnya kesadaran masyarakat sebagai donor adalah akibat belum
pahamnya masyarakat akan pentingnya donor darah. Selain itu juga karena alasan
teknis, seperti ketakutan akan rasa sakit akibat jarum donor, atau karena takut
melihat darah.
Donor
darah tidaklah semenakutkan seperti yang terbayang. Sebelum mendonor, calon
donor terlebih dahulu diperiksa kesehatannya. Pemeriksaan secara cermat
dilakukan oleh petugas kesehatan yakni mulai dari kadar HB, tekanan darah
hingga denyut nadi.
Calon
donor juga hendaknya bukan pecandu minuman keras atau obat terlarang. Beberapa
penyakit juga hendaknya tidak sedang diderita calon donor seperti penyakit
jantung, ginjal, hati, paru-paru, kencing manis, epilepsy, dan penyakit
kelainan darah lainnya. Usia Calon Donor sebaiknya antara 17 hingga 60 tahun,
dengan berat badan minimal 45 Kg. Bagi
wanita, tidak diperkenankan mendonorkan darah selama masa hamil, sedang haid
dan masa menyusui.
Calon
donor juga hendaknya sudah sarapan atau makan terlebih dahulu, serta tidak
begadang atau minimal 5 jam tidur malam. Setelah mendonor darah dapat
menyumbangkannya lagi dalam jangka waktu 2,5 bulan hingga 3 bulan kedepan atau
maksimal 5 kali donor dalam setahun.
Setelah
berbagai tes kesehatan dilakukan dan calon donor dikatakan sehat dan layak
donor maka tranfusi darahpun dilakukan. Rasa sakit hanya terasa ketika jarum
masuk ke pembuluh nadi kita, setelah itu tidak ada rasa apa-apa, darah akan
mengalir lancar menelusuri selang memasuki kantong darah hingga kurang lebih
sebanyak 250 cc.
Usai
donor, sebaiknya jangan langsung berdiri. Ada baiknya terlentang sekitar 5-10
menit. Setelah itu silahkan duduk-duduk sambil menikmati penganan ringan
(biasanya susu, telur rebus dan kacang hijau) yang telah disediakan PMI. Pendonor
juga akan mendapatkan kapsul/tablet penambah darah dan kartu donor.
Manfaat
donor darah jelas menolong saudara-saudara kita yang membutuhkan. Ini tentulah
merupakan ladang amal ibadah kita, yakni dapat membantu sesama. Namun lebih
dari itu, ternyata menjadi donor memberikan manfaat lebih bagi tubuh kita.
Terutama terhadap kesehatan jantung, mencegah stroke, mengganti dan mempercepat
pergantian sel-sel darah merah, bahkan donor darah juga membantu tubuh
menemukan berat idealnya.
Dalam
kondisi normal seperti saat ini, beberapa rumah sakit banyak mengeluhkan
menipisnya stok darah, apalagi bila terjadi bencana sebagaimana yang kita ulas
di awal artikel ini. untuk itu perlu kerja keras kita semua untuk membangkitkan
semangat masyarakat agar lebih peduli untuk membantu sesama yakni dengan sedia
darah sebelum bencana. Siapa tahu, yang membutuhkan darah itu ternyata adalah
diri kita sendiri.
*******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar