Orang tanpa
makan dapat hidup hingga 8 minggu, tanpa minum sekitar 3-5 hari, namun orang
tanpa semangat hidup tak lebih dari satu jam. Begitu pentingnya memiliki
semangat, cita-cita dan harapan demi mengarungi hidup ini. Bahkan zaman
sekarang sudah cukup lazim kita dengar orang yang mengawali keberhasilan hanya
berawal dari mimpi-mimpi.
Berani
bermimpi berarti akan bersemangat menghadapi hidup, karena ada mimpi-mimpi yang
dikejarnya. Contoh yang telah sudah ini, kemudian mengilhami para penulis dan
sineas untuk mengemasnya menjadi sebuah novel maupun film. Sang pemimpi
misalnya, novel karangan Andrea Hirata yang merupakan lanjutan dari Novel Best
Seller Laskar Pelangi dan telah difilmkan dengan judul yang sama, juga
mengangkat semangat seorang anak miskin
dipelosok Pulau Belitung untuk terus belajar hingga ke luar negeri,
Sorbonne-Paris tepatnya, dan ia berhasil.
Sederet
Film yang juga mengilhami soal mimpi dan semangat juang ini. Sebut saja The Pursuit of Happyness-nya Will Smith,
The book of Eli-nya Denzel
Washington, Around The World in 80 days-nya Jackie Chan, hingga di Film
Nasional kita kenal Film Si Doel Anak Betawi-nya Rano Karno dan banyak lagi
Film-film yang menceritakan kekuatan mimpi seseorang menjadi sumber
keberhasilannya.
Pidato
Marthin Luther King,jr yang sangat terkenal dengan judul “I Have a Dream” pada 28 Agustus 1963 di Lincoln Memorial,
Washington DC. Pidato ini telah mampu menginspirasi jutaan orang Amerika untuk
sadar dan keluar dari budaya primordialisme sempit memperbedakan status sosial
Ras Hitam-Putih yang sangat mustahil dihapuskan saat itu. Walau efek pidato ini
baru terwujud setelah sekian tahun lamanya yakni dengan terpilihnya presiden
kulit hitam pertama AS, Barack Obama pada 21 Januari 2009. Terlepas dari semua
novel, film bahkan pidato tadi, sebuah harapan yang acap kali hadir dalam
mimpi-mimpi kita sering kita abaikan. Padahal mimpi-mimpi tersebut dapat saja
tercapai jika kita mampu menjelmakannya dalam kehidupan nyata. Itulah perlunya
sebuah semangat.
Menjadi
orang-orang yang sempitlah kita, kalau membatasi arti sebuah semangat, karena
dia tidaklah muncul karena sebuah perjuangan namun perjuanganlah yang
seharusnya muncul karena semangat. Semangat juga tidak timbul dari sebuah
keberhasilan, namun sebaliknya, justru keberhasilanlah yang timbul karena
semangat. Dengan semangat apapun masalahnya dapat dicari solusinya. Termasuk
itu persoalan di daerah.
Tidaklah
aneh kalau sebuah daerah ternyata memiliki semangat layaknya manusia.
Semangatnya lalu memunculkan karakter. Karakter sebuah daerah yang berada di
pinggir pantai tentu berbeda dengan karakter daerah yang berada di pegunungan.
Daerah yang memiliki tambang batubara dalam perutnya tentu berbeda karakter
dengan daerah yang memiliki tanah gembur
di permukaan kulitnya. Namun tetap saja karakter daerah itu ditentukan oleh
bagaimana penduduk yang mendiaminya dan pimpinan daerah tersebut menyikapi
potensi daerahnya.
Kalau
mau direnungkan sejenak, dapatkah kita menemukan sebuah daerah di dunia ini
yang berhasil menjadi maju, indah bahkan modern karena dicapai oleh karakter
seluruh penduduknya yang hanya bermalas-malasan seharian, tidak bekerja, kurang
bersemangat, saling bergunjing dan seterusnya. Atau sebuah daerah yang
pejabatnya hanya sekedarnya bekerja tanpa sungguh-sungguh mengayomi
masyarakatnya yang artinya sama saja dengan menjerumuskan daerahnya ke jurang
kehancuran secara perlahan-lahan.
Daerah
yang sukses tentu berbanding lurus dengan dominannya penduduk yang memiliki
semangat dan pemimpin yang bertanggung jawab membawa kesuksesan daerah yang
dipimpinnya. Itu sudah jadi kenyataannya.
Oleh
sebab itu, tidak terlalu muluk pula kiranya kalau sebuah mimpi kita gantungkan
di pelupuk mata Propinsi Sumatera Barat. Propinsi yang baru saja sukses
menggelar pilkada langsung serentak dan mendapatkan apresiasi positif berbagai
kalangan ini, tentu masih memiliki tantangan yang lebih berat, yakni bagaimana
merealisasikan janji-janji kampanye selama lima tahun ke depan.
Gubernur
dan Wakil Gubernur Sumbar pun tak terlepas dari tantangan tersebut. Berbagai PR
yang perlu dilanjutkan dan dievaluasi dari pimpinan terdahulu sudah layaknya
menjadi prioritas, namun setelah itu perlu pula mengelola mimpi-mimpi para
leluhur minang, para generasi muda, tokoh agama, adat dan budaya serta para
cendekiawan negeri ini.
Mimpi
kalau pada suatu hari kelak nanti Sumbar menjadi propinsi yang berhasil
mengembangkan Industri Otaknya. Kaya akan SDM yang berkualitas. Manusianya
diperhitungkan di tingkat nasional bahkan internasional dan semua hal tersebut
dikarenakan Propinsi ini memiliki masyarakat yang bersemangat dan pemimpin yang
pandai mewujudkan mimpi-mimpi masyarakatnya.
Mimpi
ini, pasti bukanlah mimpi yang kosong, karena semuanya pernah dan telah
dimiliki dan diukir oleh Sumatera Barat. Sumbar punya potensi dalam dirinya. Adat nan tak lekang dek panas dan tak lapuk
dek hujan. Keindahan Alam Minangkabau. Para tokoh minang yang pernah
mengukir sejarah seperti Hatta, Syahrir, Agus Salim dan Buya Hamka hingga yang
menduduki posisi penting saat ini seperti Buya Syafii Maarif, Gamawan, Dino
Patti Jalal dan Irman Gusman. Hampir di semua bidang Sumbar unggul terutama
apabila hal itu menyangkut soal Otak.
Potensi
yang ada dan pernah diraih urang awak
ini, hendaknya jangan hanya menjadi sekedar nostalgia kebanggaan masa lampau.
Masih banyak hal-hal yang perlu ditata bersama demi mengejar mimpi ini. Dan
mimpi tinggal menjadi sebuah mimpi, kalau tidak ada semangat bersama mewujudkan
keberhasilannya.
*******
*Telah Terbit di Majalah Tabuik Edisi
02/triwulan2/2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar