Senin, 20 Januari 2014

SEMANGAT*






Orang tanpa makan dapat hidup hingga 8 minggu, tanpa minum sekitar 3-5 hari, namun orang tanpa semangat hidup tak lebih dari satu jam. Begitu pentingnya memiliki semangat, cita-cita dan harapan demi mengarungi hidup ini. Bahkan zaman sekarang sudah cukup lazim kita dengar orang yang mengawali keberhasilan hanya berawal dari mimpi-mimpi.
Berani bermimpi berarti akan bersemangat menghadapi hidup, karena ada mimpi-mimpi yang dikejarnya. Contoh yang telah sudah ini, kemudian mengilhami para penulis dan sineas untuk mengemasnya menjadi sebuah novel maupun film. Sang pemimpi misalnya, novel karangan Andrea Hirata yang merupakan lanjutan dari Novel Best Seller Laskar Pelangi dan telah difilmkan dengan judul yang sama, juga mengangkat semangat seorang anak  miskin dipelosok Pulau Belitung untuk terus belajar hingga ke luar negeri, Sorbonne-Paris tepatnya, dan ia berhasil.
Sederet Film yang juga mengilhami soal mimpi dan semangat juang ini. Sebut saja The Pursuit of Happyness-nya Will Smith, The book of Eli-nya Denzel Washington,  Around The World in 80 days-nya Jackie Chan, hingga di Film Nasional kita kenal Film Si Doel Anak Betawi-nya Rano Karno dan banyak lagi Film-film yang menceritakan kekuatan mimpi seseorang menjadi sumber keberhasilannya.
Pidato Marthin Luther King,jr yang sangat terkenal dengan judul “I Have a Dream” pada 28 Agustus 1963 di Lincoln Memorial, Washington DC. Pidato ini telah mampu menginspirasi jutaan orang Amerika untuk sadar dan keluar dari budaya primordialisme sempit memperbedakan status sosial Ras Hitam-Putih yang sangat mustahil dihapuskan saat itu. Walau efek pidato ini baru terwujud setelah sekian tahun lamanya yakni dengan terpilihnya presiden kulit hitam pertama AS, Barack Obama pada 21 Januari 2009. Terlepas dari semua novel, film bahkan pidato tadi, sebuah harapan yang acap kali hadir dalam mimpi-mimpi kita sering kita abaikan. Padahal mimpi-mimpi tersebut dapat saja tercapai jika kita mampu menjelmakannya dalam kehidupan nyata. Itulah perlunya sebuah semangat.
Menjadi orang-orang yang sempitlah kita, kalau membatasi arti sebuah semangat, karena dia tidaklah muncul karena sebuah perjuangan namun perjuanganlah yang seharusnya muncul karena semangat. Semangat juga tidak timbul dari sebuah keberhasilan, namun sebaliknya, justru keberhasilanlah yang timbul karena semangat. Dengan semangat apapun masalahnya dapat dicari solusinya. Termasuk itu persoalan di daerah.
Tidaklah aneh kalau sebuah daerah ternyata memiliki semangat layaknya manusia. Semangatnya lalu memunculkan karakter. Karakter sebuah daerah yang berada di pinggir pantai tentu berbeda dengan karakter daerah yang berada di pegunungan. Daerah yang memiliki tambang batubara dalam perutnya tentu berbeda karakter dengan daerah  yang memiliki tanah gembur di permukaan kulitnya. Namun tetap saja karakter daerah itu ditentukan oleh bagaimana penduduk yang mendiaminya dan pimpinan daerah tersebut menyikapi potensi daerahnya.
Kalau mau direnungkan sejenak, dapatkah kita menemukan sebuah daerah di dunia ini yang berhasil menjadi maju, indah bahkan modern karena dicapai oleh karakter seluruh penduduknya yang hanya bermalas-malasan seharian, tidak bekerja, kurang bersemangat, saling bergunjing dan seterusnya. Atau sebuah daerah yang pejabatnya hanya sekedarnya bekerja tanpa sungguh-sungguh mengayomi masyarakatnya yang artinya sama saja dengan menjerumuskan daerahnya ke jurang kehancuran secara perlahan-lahan.
Daerah yang sukses tentu berbanding lurus dengan dominannya penduduk yang memiliki semangat dan pemimpin yang bertanggung jawab membawa kesuksesan daerah yang dipimpinnya. Itu sudah jadi kenyataannya.
Oleh sebab itu, tidak terlalu muluk pula kiranya kalau sebuah mimpi kita gantungkan di pelupuk mata Propinsi Sumatera Barat. Propinsi yang baru saja sukses menggelar pilkada langsung serentak dan mendapatkan apresiasi positif berbagai kalangan ini, tentu masih memiliki tantangan yang lebih berat, yakni bagaimana merealisasikan janji-janji kampanye selama lima tahun ke depan.
Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar pun tak terlepas dari tantangan tersebut. Berbagai PR yang perlu dilanjutkan dan dievaluasi dari pimpinan terdahulu sudah layaknya menjadi prioritas, namun setelah itu perlu pula mengelola mimpi-mimpi para leluhur minang, para generasi muda, tokoh agama, adat dan budaya serta para cendekiawan negeri ini. 
Mimpi kalau pada suatu hari kelak nanti Sumbar menjadi propinsi yang berhasil mengembangkan Industri Otaknya. Kaya akan SDM yang berkualitas. Manusianya diperhitungkan di tingkat nasional bahkan internasional dan semua hal tersebut dikarenakan Propinsi ini memiliki masyarakat yang bersemangat dan pemimpin yang pandai mewujudkan mimpi-mimpi masyarakatnya.
Mimpi ini, pasti bukanlah mimpi yang kosong, karena semuanya pernah dan telah dimiliki dan diukir oleh Sumatera Barat. Sumbar punya potensi dalam dirinya. Adat nan tak lekang dek panas dan tak lapuk dek hujan. Keindahan Alam Minangkabau. Para tokoh minang yang pernah mengukir sejarah seperti Hatta, Syahrir, Agus Salim dan Buya Hamka hingga yang menduduki posisi penting saat ini seperti Buya Syafii Maarif, Gamawan, Dino Patti Jalal dan Irman Gusman. Hampir di semua bidang Sumbar unggul terutama apabila hal itu menyangkut soal Otak.
Potensi yang ada dan pernah diraih urang awak ini, hendaknya jangan hanya menjadi sekedar nostalgia kebanggaan masa lampau. Masih banyak hal-hal yang perlu ditata bersama demi mengejar mimpi ini. Dan mimpi tinggal menjadi sebuah mimpi, kalau tidak ada semangat bersama mewujudkan keberhasilannya.

*******


 *Telah Terbit di Majalah Tabuik Edisi 02/triwulan2/2010




Tidak ada komentar:

Posting Komentar