Tahun 2008 sudah
di depan mata, sudah menjadi tradisi yang lumrah bagi kita semua untuk
mengevaluasi seluruh kegiatan kita ditahun sebelumnya dan selanjutnya
merencanakan perbaikan ataupun kegiatan baru di tahun mendatang. Tahun baru
selalu memunculkan harapan baru, rencana dan strategi baru yang tertuang
menjadi sebuah program sebagaimana yang juga dilakukan oleh pemerintah. Salah
satu program andalan pada tahun 2008 yang baru saja diresmikan oleh Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata RI adalah Visit Indonesia Year 2008 yang juga
bersamaan dengan 1 abad Kebangkitan Nasional.
Sebenarnya
program ini bukan pertama kali diluncurkan, 17 tahun yang lalu juga telah
dicanangkan sebagai tahun kunjungan wisata Indonesia, namun karena situasi
politik dunia terutama di timur tengah tidak kondusif kala itu sehingga VIY
1991 tidak mencapai target yang maksimal. Tentunya di tahun 2008 kita tidak
mengharapkan faktor eksternal kembali mempengaruhi VIY 2008 sehingga kita dapat
fokus membenahi faktor internal demi
peningkatan pencitraan pariwisata Indonesia di mata dunia.
Keberhasilan
Indonesia menjadi tuan rumah perhelatan akbar PBB yakni UNFCCC di Nusa Dua Bali
pada Bulan November lalu sangat memberikan aura positif terhadap citra
pariwisata Indonesia di pelosok dunia. Indonesia dinilai berhasil merebut
kembali kepercayaan dunia sebagai daerah yang aman, nyaman dan ramah untuk di
kunjungi. Sehingga sangatlah wajar jika pemerintah kemudian memanfaatkan moment
special ini dengan meluncurkan VIY 2008 yang mengagendakan 100 event di setiap
daerah guna menyambut wisatawan mancanegara.
Selain
menyiapkan event, pemerintah juga telah mengeluarkan logo VIY 2008 yang wajib
terpasang di seluruh maskapai penerbangan Indonesia pada tanggal 1 Januari 2008
yang bertepatan pula sebagai hari
pencanangan VIY 2008 oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono. Selain event
dan logo tentu diperlukan berbagai element pelengkap lainnya guna mencapai
target kunjungan wisman sebanyak 7 juta orang.
Dengan
dana sebanyak US$ 15 Juta bukan sesuatu yang mustahil bila kita optimis dapat
mencapai target tersebut. Namun sangat luar biasa bila kita dapat menggunakan
terobosan baru guna menguras habis isi saku para wisman itu dan yang lebih
penting lagi apabila kita berhasil membuat wisman tersebut menjadi kecanduan
sehingga ingin lagi dan lagi berkunjung ke Indonesia, atau lebih jauh lagi
mereka diharapkan menjadi duta wisata ketika kembali ke negaranya dengan turut
mempromosikan pariwisata Indonesia kepada sanak keluarga dan rekan-rekannya.
Semangat
VIY 2008 bukan saja milik departemen kebudayaan dan pariwisata RI saja,
semangat ini juga harus digelorakan ke dalam setiap stake holder pariwisata, baik mereka yang berkecimpung dan terkait dalam Industri pariwisata, pers
hingga masyarakat. 100 event pariwisata yang ditetapkan pemerintah yang
dilaksanakan di daerah hendaknya merupakan pancingan bagi daerah untuk menambah
event-event lainnya sesuai kondisi dan kekhasan suatu daerah, partisipasi dan
inovasi daerah dituntut dalam hal ini.
Demikian
pula dengan logo, tidak saja maskapai penerbangan yang harus diwajibkan memakai
logo namun setiap angkutan umum mulai dari kapal, kereta api, taxi, angkot,
bendi hingga ojekpun perlu dipasang logo VIY 2008.
Keseriusan
mensukseskan VIY 2008 juga perlu dicerminkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pemerintah Daerah hendaknya segera memberikan himbauan kepada setiap Pegawai
Negeri Sipil di lingkungannya, murid sekolah dan mahasiswa agar memakai pakaian
khas daerah masing-masing (tentunya menyesuaikan dengan kondisi kerja) pada
salah satu hari di jam kerjanya, setiap
supir angkot dan pedagang kaki lima diwajibkan memakai topi atau rompi yang
mencerminkan pakaian tradisional di daerahnya.
Pers
juga memegang peran penting dalam mensukseskan VIY 2008. selain mencantumkan
logo pada medianya, pers dapat menjadi agen promosi setiap event pariwisata dan
sebagai cermin keberhasilan pariwisata di daerah. Apa yang digambarkan oleh
pers akan mempengaruhi persepsi pembaca terutama wisman. Tanpa bermaksud
mendikte kebebasan pers, kiranya di tahun 2008 pers lebih menitikberatkan
pemberitaan mengenai pariwisata dan kebudayaan maupun liputan baru yang
mendukung ke arah penyuksesan VIY 2008.
Masyarakat
juga harus jeli melihat peluang VIY 2008, dengan prediksi target wisman
mencapai 7 juta orang yang berbelanja dan membayar langsung kepada masyarakat
tentunya harus di sikapi dengan bijak. Jika masing-masing wisman mengeluarkan
$100 saja untuk penginapan, makan,
transportasi, objek wisata dan membeli souvenir tentu sudah ada US$700 Juta
yang beredar dan dinikmati langsung oleh masyarakat. Tentunya uang yang beredar
tersebut harus diiringi pula dengan kepuasan wisman atas wisata yang
dinikmatinya. Untuk itu, perlu adanya persiapan dan pemantauan awal oleh pihak
terkait guna menyiapkan fasilitas layanan penginapan, tranportasi serta
peningkatan keahlian, kualitas dan produksi pembuatan souvenir khas daerah, tak
ketinggalan juga wisata kuliner, makanan khas yang harus terjamin kelezatan dan
kebersihannya.
Pelibatan
seluruh pihak, tentu diperlukan dalam merumuskan bahan promosi pariwisata di
daerah, kesiapan seluruh komponen diperlukan agar VIY 2008 tidak saja memberi
semangat promosi wisata masing-masing daerah namun juga merupakan semangat yang
menyeluruh secara nasional, pariwisata Indonesia bukan saja pariwisata Bali,
untuk itu setiap daerah perlu menyiapkan diri agar semangat VIY 2008 menggelora
dari sabang sampai merauke.
Dengan
seluruh potensi sumber daya yang ada
kita harus mensukseskan VIY 2008. Saya optimis akan membawa manfaat yang
tak terkira dan langsung di terima masyarakat. Secara ekonomi sudah pasti akan
meningkat, demikian pula dengan kesejahteraan masyarakat yakni adanya lapangan
kerja baru, dunia juga menghargai Indonesia atas keamanan yang didapatkannya,
dan yang lebih utama ialah dunia mengetahui keragaman kebudayaan Indonesia
sehingga tidak ada lagi kasus pe-nyontek-an kebudayaan Indonesia oleh Negara
lain.
*******
*Telah Terbit di Harian
Pagi Singgalang, pada hari Senin 7 Januari 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar