”Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan
suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS Ar
Rad:11).
Perubahan. Kalau kita renungkan benar kata itu,
maka akan banyak kita temui perubahan-perubahan di sekitar kita. Perubahan yang
terjadi dapat saja kita anggap negatif dan positif. Perubahan negatif bilamana
perubahan yang terjadi lebih buruk dari keadaan sebelumnya, sedangkan perubahan
positif yakni sebaliknya, keadaan yang lebih baik dari keadaan kita sebelumnya.
Tiap insan tentulah
mengharapkan perubahan yang positif. Kalau sekarang masih menganggur, esok
tentunya ingin bekerja. Jika kemarin sakit, saat ini pastilah ingin sembuh.
Misal hari ini lulus SMA patutlah besok ingin pula mencicipi bangku kuliah.
Setiap orang yang ingin maju, akan terus berupaya melakukan perubahan dalam
hidupnya. Harapan akan perubahanlah yang membuat orang-orang bersemangat
menjalani hidup.
Saudara-saudara, zaman
bertukar silih berganti. Roda kehidupan terus berputar. Seiring waktu berjalan,
tiap fase kehidupan di dunia ini pastilah mengalami perubahan. Perubahan itu
mutlak, bukalah sejarah.
Bangsa Arab sebelum turunnya
Nabi Muhammad SAW merupakan bangsa yang sesat, kejam, tak bermoral, suka mabuk,
rajin berjudi dan seterusnya. Keadaan ini telah terjadi selama beratus-ratus
tahun. Zaman Jahilliah, demikian julukan atas masa itu. Nabi Muhammad bekerja
keras mengubah centang perenangnya keadaan. Rasullulah pun berhasil. Tak hanya
bangsa Arab, dunia pun mengakui kehebatan kepemimpinan Nabi Besar Muhammad SAW.
Bangsa Mongol sebelum
disatukan Genghis Khan merupakan bangsa yang terpecah belah dalam berbagai
suku. Antar suku itu saling rampas, rampok, culik, bunuh hingga peperangan yang
tak berkesudahan. Genghis Khan tak saja berhasil mempersatukan mereka semua,
namun lebih dari itu, kaum Mongol juga menaklukkan sejumlah bangsa lainnya di
abad 13 itu. Afghanistan, Persia, Siria, Palestina, Iran, Irak, China Utara,
Rusia Selatan hingga sebagian dataran Eropa Timur rontok oleh Genghis Khan.
Ukuran wilayah yang ditaklukkan Genghis Khan 2,2 kali lebih besar daripada
Alexander yang Agung.
Indonesia juga tak luput dari
perubahan-perubahan besar. Bung Karno dan Bung Hatta dengan segenap tekad
keberaniannya memproklamirkan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Soeharto
yang telah sukses menumpas G30S-PKI lalu selanjutnya berhasil menciptakan orde
baru di tahun 1966. Reformasi yang digawangi sejumlah gerakan aktivis
Mahasiswa, yang salah satu dari mereka bernama Indra J Piliang atau yang akrab
dipanggil IJP, beliau adalah mahasiswa UI yang bergerak aktif melakukan
konsolidasi dan pergerakan di tahun 1998 tersebut. Para mahasiswa berhasil
menumbangkan orde baru, dimulailah era reformasi. Tiap zaman memiliki
pemimpinnya sendiri.
Point yang ingin saya
sampaikan di sini adalah, perubahan itu memerlukan leadership, kepemimpinan. Hanya pemimpin yang tepat yang mampu
mengubah keadaan menjadi lebih baik. Tapi sebaliknya, pemimpin perubahan itu
tak akan pernah hadir, bilamana masyarakat tidak mendukung penuh kehadiran sang
pemimpin itu.
Barack Obama tak akan menjadi
presiden kulit hitam pertama bila rakyat Amerika tak berkenan. Fenomena pilkada
DKI Jakarta yang merubah strategi politik di Indonesia. Jokowi-Ahok yang
notabene berasal dari luar Jakarta berhasil menjadi gubernur-wakil gubernur DKI
mengalahkan inkumben Foke-Nara pada September 2012 lalu. Strategi blusukan ala
Jokowi telah menjadi tren tiap pilkada di berbagai daerah. Jokowi juga alergi
menggunakan baliho yang dapat merusak keindahan kota dan pengerahan massa
dengan arak-arakan kendaraan yang membuat macet dan rawan kecelakaan.
Bahkan baru-baru ini, pada
pilkada 26 Mei 2013, kemenangan telak (48,82%) diraih Ganjar Pranowo-Heru
Sudjatmoko yang juga kalahkan inkumben Bibit Waluyo-Sudiono dalam Pilgub Jawa
Tengah. Kemenangan Ganjar sangat fantastis, karena tujuh bulan lalu
popularitasnya di kalangan masyarakat Jawa Tengah baru mencapai 7% atau jauh di
bawah Gubernur inkumben Bibit Waluyo. Rupanya figur Ganjar yang masih muda (44
tahun), cerdas, santun, tampan dan lama berkiprah di tingkat nasionallah yang
menjadi modal utama mendongkrak popularitasnya. Sekali lagi, ini menunjukkan
masyarakat hari ini punya andil besar untuk melahirkan pemimpin-pemimpin
perubahan yang berkualitas.
Saudara-saudara, perubahan
butuh kepemimpinan. Perubahan itu memerlukan inovasi, keseriusan dan
keberanian. Perubahan bukanlah topeng sandiwara, pencitraan, keberpura-puraan
atau kemunafikan. Perubahan adalah keteladanan, kreatifitas, nyali dan tanggung
jawab. Dan yang pasti perubahan itu ada di tangan sanak saudara semua.
Yakinlah, karena demikian janji Allah SWT.
*******
*telah terbit di Tabloid Nangkodo Baru Edisi IV Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar