Kamis, 16 Januari 2014

SETIAP PEMIMPIN ADA ZAMANNYA*




Nabi Muhammad SAW bersabda, ”Sesungguhnya di setiap zaman ada pemimpin yang Allah tunjuk sesuai dengan keadaan hati masyarakatnya. Jika Allah hendak memperbaiki masyarakat ini maka Allah tunjuk pemimpin yang baik. Dan jika Allah hendak membinasakan mereka, Allah tunjuk pemimpin yang zalim”. (HR Al-Baihaqi)

Mungkin sebagian dari kita telah mempunyai jawaban, mengapa Bung Karno -Bapak Proklamasi- yang penuh kharisma menelan pil pahit ketika dihujat mahasiswa di tahun 1966. Dan Pak Harto, -Bapak Pembangunan- yang penuh wibawa mesti lengser dari jabatannya akibat desakan reformasi 1998.
Kalau kita patut-patut. Para pemimpin negara kita tersebut dielu-elukan di awal masa kepemimpinannya. Soekarno, bersama Hatta waktu itu, adalah tokoh bangsa yang amat berjasa meletakkan pondasi negara di tahun 1945. Soeharto juga merupakan negarawan yang meletakkan dasar pembangunan tahap demi tahap sehingga bangsa ini siap tinggal landas. Mereka bekerja baik, penuh dedikasi dan prestasi. Tapi waktu berjalan, dan tiba-tiba zaman menghendaki perubahan.
Ya, zaman inginkan perubahan. Rakyatlah yang menuntut demikian. Ada Tritura, ”Tiga Tuntutan Rakyat ; Bubarkan PKI, Rombak Kabinet dan Turunkan Harga” yang diusung mahasiswa ketika demontrasi jamak pada 10 Januari 1966. Soekarno terdesak dan akhirnya mengeluarkan Supersemar yang mengawali kejatuhannya.
21 Mei 1998, Soeharto mengundurkan diri juga akibat demonstrasi besar mahasiswa. ”Hapuskan KKN ; Korupsi, Kolusi dan Nepotisme” ramai disorakkan mahasiswa hingga ke pelosok negeri akibat krisis moneter yang mencekik rakyat. Sekali lagi, zaman inginkan perubahan. Bila rakyat sudah berkata tidak, Soekarno atau Soeharto sekalipun tak dapat mengelakannya.
Ungkapan bahasa latin ; Vox populi vox dei, suara rakyat adalah suara tuhan, kiranya sejalan dengan sabda Rasullulah SAW di atas.  Allah SWT menunjuk pemimpin yang sesuai dengan keadaan hati rakyatnya. Keadaan hati atau keinginan masyarakatlah yang menjadi penentu.  Dari hati rakyatlah telah lahir pemimpin sekaliber Bung Karno dan Hatta pada masa awal kemerdekaan Indonesia di tahun 1945. Melalui hati rakyat pula, kemudian muncul sosok Pak Harto yang dilantik menjadi Presiden RI yang kedua pada 12 Maret 1967. Demikian pula sebaliknya, hati rakyat jualah yang mengakibatkan kedua tokoh yang amat berjasa bagi bangsa ini, harus turun tahta.
Bercermin di zaman Orde Lama dan Orde Baru tersebut, yang tiap suksesi kepemimpinan selalu diwarnai dengan aksi demonstrasi hingga memakan korban jiwa, maka di Zaman Reformasi ini, terutama sejak tahun 2004, melalui amandemen UUD 1945 diamanatkanlah bahwa Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat. Demikian pula halnya dengan pemilihan kepala daerah yang juga dipilih secara langsung oleh rakyat sebagaimana tercantum dalam  UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Rakyatlah yang berperan langsung memilih pimpinannya dalam kurun waktu 5 tahun.
Rakyat dituntut cerdas menganalisa kandidatnya dalam sistem pemilihan secara langsung ini. Rakyat juga mesti pandai memprediksi kebutuhannya dalam lima tahun mendatang. Capaian-capaian apa yang diinginkan, kemajuan yang ingin diraih hingga membaca kemungkinan masalah dan tantangan yang akan dihadapi. Semuanya diramu dan dicocokan dengan track record sejumlah kandidat yang bertarung dalam Pilkada. Tanamkan pertanyaan kritis dalam hati kita ; Apakah kualitas pasangan kandidat tersebut mampu dipercaya menakhodai daerah kita ?
Kita inginkan perubahan di tahun-tahun mendatang. Ekonomi yang makin berkembang karena investasi masuk dari pihak luar, jaminan usaha, aktivitas jual-beli yang ramai, lapangan kerja terbuka lebar dan  pasar tradisional yang nyaman. Kita mengharapkan efektifitas pengelolaan keuangan daerah dan birokrasi yang kuat, tidak boros, sigap dan cepat melayani masyarakat. Kita semua mengidam-idamkan keharmonisan para pemimpin daerah kita, kerjasama antar daerah yang selaras dan saling menguntungkan. Kita memimpikan pemimpin yang bersikap berani, pantang mundur ambil risiko, gigih, cerdas, tegas, jujur, energik, kreatif, pekerja keras dan bertanggung jawab, sebagai suri teladan di mata masyarakatnya. Kita mencita-citakan pemimpin yang sungguh-sungguh memimpin rakyatnya.
Namun semua itu tidak akan tercapai, bilamana hati kita masih tergoda akan janji-janji manis, iming-iming imbalan hadiah yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan kemajuan Kota Pariaman mendatang. Segalanya tak akan diraih, tatkala  kita masih mengedepankan materi atau sogokan uang sebagai faktor penentu pilihan kita. Justru praktek kotor serupa itu akan menjerumuskan kita semua ke dalam dosa dan kerugian besar. Gunakanlah cara-cara yang terhormat untuk memilih pemimpin yang terhormat.
Sanak saudara sekalian, luangkanlah waktu, untuk peduli akan masa depan Kota Pariaman yang penuh potensi ini. Teliti kembali, cari informasi mengenai kualitas kandidat yang benar-benar mampu menghadirkan mimpi kita menjadi realita. Sisihkanlah waktu, untuk hadir barang sebentar, ke TPS-TPS, suarakan pilihan sesuai pikiran dan hati kita. Karena masa lima tahun bukan waktu yang singkat. Kekeliruan memilih walikota/wakil walikota Pariaman, yang hanya 5 menit tersebut akan berdampak 5 tahun mendatang bagi maju-mundurnya Kota Pariaman yang sama-sama kita cintai ini.

*******
*telah dimuat di Tabloid Nangkodo Baru Edisi V Juli 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar